Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa dapat kita bedakan kepada tiga macam, yaitu:
1.
Faktor
internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan
rohani siswa.
2.
Faktor
eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa
3.
Faktor
pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pembelajaran.
Menurut Sumadi Suryabrata, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat diklasifikasikan kepada:
1.
Faktor-faktor
yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat digolongkan menjadi
dua golongan, dengan catatan overlapping tetap ada, yaitu:
a.
Faktor-faktor
non-sosial
b.
Faktor-faktor
sosial
2.
Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat lagi digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu
a.
Faktor-faktor
fisiologis
b.
Faktor-faktor
psikologis
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering
saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap
conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif extrinsic (faktor eksternal)
umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan
tidak mendalam sebaiknya seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor
internal) dan mendapat dorongan positif dan orang tuanya (faktor eksternal),
mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas
pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul
siswa-siswa yang lebih high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers
(berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang
kompeten dan berprofesional diharapkan mampu mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala
kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat prose
belajar mereka.
1.
Faktor
internal siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa
meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek
psikologis (yang bersifat rohaniyah).
a. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan
otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala
misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani
agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang
bergizi. Selain itu, siswa sangat dianjurkan memilih pola istirahat dan
olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan
berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makanan dan minuman dan
istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat
mental siswa itu sendiri.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya
melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya
dari pada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang
perlu dikemukakan, yaitu:
o Nutrisi harus cukup, karena kekurangan kadar
makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat
berupa kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah dan sebagainya.
o Beberapa penyakit yang kronis sangat
mengganggu belajar itu, misalnya pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan
sebagainya
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.
Namun, di antara faktor-faktor rohaniyah siswa yang pada umumnya dipandang
lebih essensial adalah tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat
siswa dan motivasi siswa.
1)
Intelegensi
siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan
intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya,
lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh tubuh manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)
siswa tidak diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah
kemampuan intelegensi siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses.
2)
Sikap
siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency)
dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama
kepada guru dan mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik bagi
proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negataf siswa terhadap guru
dan mata pelajaran tertentu, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau
kepada mata pelajaran tertentu, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa
tersebut.
3)
Bakat
siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip
dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat
cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut talented
child, yaitu anak berbakat.
4)
Minat
siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Rober, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi
karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya
seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
5)
Motivasi
siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan
internal organisme, baik manusia ataupun hewan, yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok saja (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah. Motivasi terbagi dua macam, yaitu motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya
terhadap materi tersebut termasuk motivasi instrinsik. Termasuk motivasi
ekstrinsi adalah pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri
teladan orang tua dan guru.
2.
Faktor
eksternal siswa
Faktor yang berasal dari luar diri siswa
meliputi dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
non-sosial.
a.
Lingkungan
sosial
Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi
belajar siswa adalah guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas,
masyarakat, tetangga, teman-teman sepermainan, orang tua, dan keluarga. Para
guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar
menjadi pendorong siswa. Begitu juga kondisi masyarakat di lingkungan yang
bersih dan rapi, sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga,
ketenangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat
menjadi pendorong dalam kegiatan belajar siswa.
b. Lingkungan non-sosial
Faktor yang termasuk lingkungan non
sosial adalah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini
dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Khusus mengenai
waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli
bernama J. Biggers berpendapat bahwa belajar seperti pagi hari lebih efektif
dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Menurut penelitian beberapa ahli
gaya belajar (learning style), hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu
secara mutlak, tetapi bergantung pada waktu yang cocok dengan kesiapan siswa.
3.
Faktor
pendekatan belajar
Pendekatan belajar, seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat
langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah
atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Referensi:
Suryabrata,Sumadi, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
http://myblogassyamil.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar